Selasa, 21 Desember 2010

MENGATASI ALERGI PADA BAYI

Dalam beberapa tahun terakhir di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mengalami tren peningkatan angka penyakit gangguan system daya tahan tubuh, seperti alergi. Pada awal tahun 60-an prevalensi alergi sekitar kurang dari 5%, tetapi saat ini prevalensi alergi mencapai 20%-30% atau meningkat sebanyak 4 hingga 5 kali lipat. Peningkatan tersebut juga melanda pada anak-anak.Kondisi ini pun terungkap dalam presentasi Profesor Sibylle Koletzko, kepala divisi Pediatric Gastroenterology and Hepatology di Ludwig Maximilians University Munich, Jerman pada acara Nutricia Indonesia Fund Alergi Mengancam Anak-anak Indonesia di Jakarta. Menurutnya, penyakit alergi erat dengan daya tahan tubuh anak. Alergi adalah respon system daya tahan tubuh secara berlebihan terhadap bahan yang biasanya tidak berbahaya, namun merugikan tubuh mulai dari gangguan pernapasan, saluran cerna, maupun kulit. Pemicu alergi pada anak terdiri dari tiga bagian, yaitu genetic, imunitas, dan lingkungan. Di Indonesia, lima besar makanan pencetus alergi pada anak-anak adalah kelompok crustacea (kepiting dan udang), kacang, makanan laut, telur serta susu sapi. Sangat penting mengetahui jenis makanan yang memicu alergi untuk mencegah terjadinya alergi. Perhatikan bila terjadi perubahan fisik terhadap anak Anda setelah mengonsumsi salah satu makanan tersebut. “Alergi pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh mekanisme dalam tubuh yang belum sempurna, seperti immaturasi pada saluran cerna, defisiensi sementara terhadap IgA, kondisi atopik, paparan lingkungan (asap, tembakau, polusi air), paparan antigen di usus yang berlebihan, hingga efek penekanan imunitas pada infeksi virus,” jelas Zakiudin di tempat yang sama. Menurut Dr. Zakiudin Munasir, melonjaknya kasus alergi pada anak di Indonesia selain disebabkan oleh factor genetic, juga dipengaruhi factor lingkungan dan gaya hidup orang tuanya. Oleh karena itu, penting buat ibu melakukan tindakan preventif pada masa kehamilan, kelahiran maupun pada masa pertumbuhan anak, bila terkena alergi pada masa kanak-kanak, maka ketika dewasa risiko terkena alergi cukup besar.” Bila alergi diturunkan secara genetic maka kita harus mewaspadai tanda alergi pada anak sejak dini. “Salah satu orang tua menderita alergi maka dapat menurunkan risiko pada anak sekitar 20%. Jika kedua orang tua alergi, kemungkinan diturunkannya meningkat menjadi 40%. Yang ketiga, bila kedua orang tua alergi dengan pemicu yang sama, risiko terkena alerginya mencapai 75%,” ujar Dr. Zakiudin.

Mengingat alergi belum dipandang sebagai ancaman epidemik, seperti tuberculosis dan campak, maka belum banyak tindakan preventif yang dilakukan masyarakat. Kenyataannya ini berpotensi menjadi masalah di masa dating karena mengganggu kualitas hidup penderita sekaligus menurunkan produktifitas orang-orang di sekelilingnya, penyebab stress pada anak. Terlebih lagi dari sudut pandang ekonomi, penyakit alergi memakan banyak biaya.

Tanda-tanda alergi.
Pada usia dini, tanda-tanda alergi biasanya adalah infeksi kulit (seperti ruam merah) dan gangguan saluran cerna (muntah dan lain-lain). Dengan bertambahnya usia, reaksi alergi utama pada system pernapasan, seperti asma dan rhinitis.
Tanda-tanda yang harus kita perhatikan pada bayi adalah setelah ia memakan jenis tertentu apakah terlihat rewel, terlihat kesakitan pada perut seperti mengalami kolik, merah pada dubur, atau terlalu sering mengeluarkan makanannya. Bayi Anda sering mengusap hidungnya dan disertai hidung berair dan bersin-bersin. Timbul bercak kemerahan dan rasa gatal pada kulitnya juga dapat menjadi tanda alergi padanya.
Perhatikan pula cara bernapas si kecil, jika ia mengalami sedikit sesak napas, Anda perlu memperhatikannya lebih lanjut untuk mengetahui apakah itu tanda alergi terhadap sesuatu atau tidak. Selain susah bernapas, mungkin si kecil berkali-kali mengeluarkan udara dari hidung seakan-akan mengeluarkan sesuatu.

Mengatasi Alergi Pada Bayi.
Pengobatan yang paling tepat terhadap penyakit alergi adalah dengan menghindari pemicu alergi. Anda dapat melakukan tindakan preventif ini sebelum si kecil hadir dalam kehidupan Anda:

1. Kurangi diet selama kehamilan dan menyusui.

2. Kurangi merokok selama kehamilan.

3. Pemberian ASI dapat mengurangi alergi pada makanan. Alergi pada anak bisa dicegah sejak dini dengan memberi air susu ibu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan atau lebih karena ASI mengandung zat gizi lengkap yang dibutuhkan bayi, termasuk protein hypoallergenic, DHA dan probiotik, serta kolostrum yang dapat melindungi bayi dari alergi dan infeksi. Probiotik adalah bakteri hidup yang menguntungkan dan mampu meningkatkan daya tahan tubuh bayi, serta mengurangi risiko alergi.” Jelas Zakiudin.

4. Berikan makanan solid tepat pada waktunya, jangan di bawah 3 bulan dan di atas 6 bulan.

5. Bersihkan ruangan setiap hari. Saat membersihkan, buka semua pintu dan jendela agar terjaga sirkulasi udara, kemudian tutup kembali. Saat membersihkan debu, gunakan kain basah atau berminyak supaya debu tidak berterbangan.

6. Bersihkan tempat tidur si kecil agar terbebas dari debu dan kutu tungau.

7. Usahakan tidak menggunakan karpet, lantai kayu dapat menjadi alternatif yang baik.

8. Gunakan selimut dari bahan katun dan bukan dari bahan perca atau kapas.

9. Hindarkan anak dari binatang peliharaan yang memicu alergi.

10.Jangan ijinkan orang merokok dalam ruangan, karena perokok pasif bisa memperburuk gejala-gejala alergi.

Jika usaha di atas belum dapat mengurangi alergi anak Anda, jangan tunda lagi berkonsultasi dengan dokter. Terkait dengan pengobatan alergi, biasanya dokter meberikan obat-obatan, seperti antihistamin dan kortikosteroid (baik yang diberikan lewat mulut, suntikan, maupun inhalasi) untuk memperkuat dinding sel mast dalam tubuh pasien. Pemberian obat-obatan ini cukup memakan waktu yang lama jika anak Anda tidak dijauhkan dari penyebab alerginya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar